Tanjungpandan, 19-9-2021 | Sarwamedia.com – Berita yang viral di media sosial Facebook (FB) tentang seorang pasien lupus yang terlantar di bandara baru-baru ini cukup menarik minat Sarwamedia untuk menelusuri kejadian sebenarnya. Dalam berita yang di angkat ke FB tersebut yang berisi

"Malangnya nasib pasien lupus (kondisi darurat) dari Belitung yang di rujuk ke RSPAD Jakarta dan menggunakan program Pemkab. PROSES PENJEMPUTANNYA NANTI DI SOETA DITOLAK, LANTARAN PENJEMPUT INGIN MENJEMPUT PEJABAT."

Yang Dalam hal ini di katakan ‘Setda Belitung’.
Benarkah kejadiannya seperti ini?

Kepala pengelola mess perwakilan Belitung di Jakarta, Nurfirman, S.H., ketika di konfirmasi oleh Sarwamedia, mengatakan bahwa berita itu tidak benar.

Berkaitan dengan berita yang viral di media sosial FB tersebut, menurut mereka tidak ada kaitannya dengan tugas mereka. Tuduhan itu jelas tidak benar. Penjemputan pejabat Setda Belitung yang ada tugas penting di kementrian tidak ada ada hubungan dengan pasien yang di rujuk ke Jakarta.

Kalaupun ada masalah, itu hanya masalah penginapan untuk pasien, dan soal penginapan di mess Pemda sudah clean and clear, kamar ada dan tersedia untuk pasien rujukan tersebut. Kalau soal mobil penjemputan di bandara, mobil operasional program Sehati untuk jemput pasien menggunakan mobil jenis Avanza, sedangkan untuk pejabat pemerintah yang mewakili Bupati menggunakan mobil Jenis Fortuner.

Sedangkan informasi yang beredar, bahwa sempat melakukan kontak dengan pengelola mess perwakilan Belitung di Jakarta tidak ada kata penolakan untuk pasien rujukan tersebut.

Firman menjelaskan terkait kronologi rujukan pasien yang di viral tersebut. Pasien itu mendapat rujukan dari loket sehati di RSUD bahwa akan di rujuk ke RSPAD Jakarta dan oleh petugas sehati sudah di jelaskan bahwa tidak ada penjemputan pasien di Jakarta, karena sejak 1 Januari 2021 mobil Sehati sudah tidak beroperasi lagi sebab asetnya sudah ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, tidak lagi di bagian umum sepaket dengan Mess Pemda.

Memang selanjutnya pihak pasien melakukan kontak dengannya, dan iapun menerangkan hal yang sama bahwa tidak ada penjemputan pasien ke bandara, dan ia menyarankan untuk memesan taksi online saja, dan pihak pasien menerima penjelasan darinya.

Kalaupun ada penjemputan, menurut sepengetahuan Firman mengatakan SOPnya jelas. Apalagi kondisi pasien darurat. Yang mana jika kondisi pasien dadrurat, pasti ada pendampingan tenaga dokter atau perawat. Dan SOPnya jelas, mulai dari mobil jenis apa, Avanza atau Ambulan, siapa saja yang menjemput, atau siapa sopirnya dan jam berapa tiba di tujuan, ke Rumah sakit atau mess Pemda. Karena Mobil jemputan akan masuk ke bandara langsug, mendekati pesawat. Semua jelas dan atas sepengetahuan dirinya, pasien terima beres sampai tempat tujuan yang di inginkan.

Terkait munculnya pejabat Pemda dalam berita di media sosial FB tersebut, sehingga di simpulkan bahwa lebih mementingkan pejabat daripada pasien. Ternyata pihak pasien kembali menghubungi bawahannya yang bernama Kison via WA. Kison merupakan tenaga perbantuan yang mengurusi mess Pemda baik yang di Kemayoran ataupun di Kalibaru. Dia memang tengah mendapat tugas menjemput pejabat Pemda ke bandara yang sedang ada urusan penting ke kementrian mewakili Bupati.

Namun isi percakapan di WA jelas. bahwa dirinya ( Kison, red) menyatakan menolak menjemput karena dia sedang ada tugas lainnya dan Kison menyarankan sebaiknya menghubungi pihak Dinas Kesehatan sebab dirinya bukanlah sopir mobil Sehati.

"Dan kembali saya jelaskan biar tidak salah komunikasi. Fasilitas mobil jemputan pejabat dan program Sehati berbeda, jadi saya bingung dengan yang membuat statement di FB bahwa kami lebih mementingkan menjemput pejabat daripada pasien, mobilnya jemputannya kan berbeda".
Lebih lanjut Firman mengatakan dirinya juga sudah melakukan kontak melalui WA kepada keluarga pasien terkait masalah penjemputan.
Isinya adalah sebagai berikut.

Kpd yth Ibu Heni yuliana/Leni yulianti.
Dalam hal ini saya akan menjelaskan kepada ibu, bahwa per tanggal 1 Januari 2021 sudah tidak ada lagi penjemputan pasien sehati dari bandara ke mess dan sebaliknya, hal ini pun sudah di jelaskan oleh petugas sehati di Rumah sakit ketika ibu mengurus voucer rujukan/keberangkatan bahwa tidak ada penjemputan di bandara.

Kalau pun kondisi pasien sangat darurat, SOP program sehati pasien akan di dampingi dokter atau perawat dari Tanjungpandan menuju rumah sakit rujukan di Jakarta dan sudah di siapkan ambulance mulai dari keluar pesawat sampai dengan ke rumah sakit.

Terkait ibu melakukan komunikasi melalui WA dengan saudara Rozikin (kison), yang menyebutkan bahwa ibu disuruh Pak IM untuk menghubungi suadara Rozikin terkait penjemputan, jika yg ibu maksud Pak IM adalah pak Isyak Meirobie Wakil Bupati Belitung, saya rasa beliau sudah mengetahui bahwa per tanggal 1 Januari 2021 tidak ada lagi penjemput pasien sehati dan sudah saya jelaskan dengan ibu waktu komunikasi dengan saya tidak ada penjemputan serta di jelaskan oleh suadara Rozikin bahwa sudara Rozikin bukan sopir mobil sehati.

Demikian saya sampaikan dengan hormat kepada ibu terkait berita live di FB dan Forum komunikasi orang belitong dengan narasi perwakilan di Jakarta tidak mau menjemput pasien karena mau menjemput sekda.

NURFIRMAN,SH
Pengelola Mess Perwakilan Belitung di Jakarta
(Sarwamedia)